"Kok anak kecil ditunjukin yang kayak begituan sih"
"Wah gak bener nih, masih anak-anak kok gak mungkin lah main seks"
"Akidah yang dibenerin, gak perlu lah pendidikan seks"
"Sekolahin yang bener makanya, biar gak main main seks di luar nikah"
Segala stigma-stigma buruk tentang pencanangan pendidikan seks di Indonesia sudah kenyang kita dengar. Jangankan memasukkan pendidikan seks pada kurikulum sekolah, berita pembagian kondom gratis saja sudah membuat orang-orang kalang kabut. Sebenarnya, seberapa penting kah pendidikan seks untuk anak-anak di Indonesia saat ini?
Cukup banyak saya sudah mengetahui orang-orang yang saya tahu dan kenal melakukan seks pra-nikah, hamil di luar nikah, dan sebagainya. Tapi bukan itu yang menjadi masalah. Hubungan seksual adalah hak dan masalah pribadi setiap orang, bukan urusan selama tidak merugikan saya. Yang membuat saya prihatin adalah, banyak dari mereka yang bahkan tidak tahu akibat berhubungan seks.
Sebelum saya berbicara lebih panjang, ingin sedikit saya meluruskan sesautu. Sebelum Anda berpikir saya tidak punya agama, saya dengan bangga berkata bahwa saya seorang muslim. Sebelum Anda meragukan kemampuan berpikir saya, saya adalah mahasiswa strata satu di salah satu perguruan tinggi negeri ternama di Indonesia. Sebelum Anda bertanya saya tidak diberi pendidikan moral dan agama yang baik, saya dengan bangga menjawab lebih dulu bahwa orang tua saya sudah cukup baik memberikan dasar moral dan agama yang baik untuk saya, saya juga pernah mengenyam pendidikan formal selama tiga tahun di sekolah berbasis Islam. Sebelum Anda berikir bahwa saya menjatuhkan harga diri wanita-wanita Indonesia, percayalah saya sedang perjuangkan hak-hak Anda. Sebelum Anda berpikir bahwa saya tidak mengindahkan aturan-aturan Tuhan, coba bukalah pikiran Anda terlebih dahulu sebelum mebaca tulisan saya berikut ini. Jika tak sanggup menjernihkan pikiran, sudahilah dan tinggalkan halaman ini.
.
.
.
Dimulai dari data kasus aborsi yang dikumpulkan oleh Badan Keluarga Berencana Nasional, diperkirakan terjadi 2 juta aborsi dalam setahun di Indonesia. "Selama 2013, anak-anak usia 10 - 11 tahun yang hamil diluar nikah mencapai 600.000 kasus. Sedangkan remaja usia 15 - 19 tahun yang hamil diluar nikah mencapai 2,2 juta", ungkap Khofifah Indah Parawansa pada pengajian umum puncak hari lahir Muslimat NU ke 68 yang berlangsung di Gedung Nasional Indonesia (GNI) Kota Kediri, Minggu (8/6/2014).
Saya tidak akan bicara banyak tentang data. Fakta riil yang saya lihat dan saya dengar sendiri yang akan saya bahas.
Hati ibu mana yang tidak pedih melihat putri kecilnya yang baru berusia 13 tahun sudah mengandung entah anak siapa. Cerita ini nyata dan saya tidak bermaksud menyinggung siapapun.
Seorang gadis kecil berumur 12 tahun di Indonesia rata-rata masihlah polos walaupun sebagian sudah mulai mencari tahu dan mencoba apa yang dilarang. Masa awal akhil baligh seusia itu membuat rasa ingin tahu mereka tinggi dan harus dipuaskan. Semakin dilarang, semakin berbuat. Hanya karena tak sanggup menuruti ajakan teman untuk nge-mall, ia rela kesuciannya dibayar dengan beberapa lembar ratusan ribu. Tak cukup sampai disitu, sang ibunda yang dituntut menjadi malaikatnya di dunia, malah acuh tak acuh dan terkesan membiarkan anaknya yang kini hamil begitu saja. Tak ada tuntutan pertanggung jawaban, tak ada rencana pernikahan.
Miris hati saya membayangkan itu terjadi pada anggota keluarga saya sendiri. Mungkin kalian bertanya dan berandai. Yang paling banyak pasti, "jika saja anak itu punya dasar agama dan moral yang kuat, pas nggak akan senekat itu."
Lalu disusul oleh, "jika saja anak itu cerdas pasti dia tidak akan semudah itu dibodohi"
Namun ada berapa banyak yang berpikir, "jika saja anak itu diberi pendidikan seks, apa saja akibatnya jika melakukan hubungan seksual, apa itu save sex, apa itu kondom, pasti dia akan berpikir berulang kali untuk menjual dirinya" ????
Kalian nggak akan pernah merasakan sesuatu yang sama saat kalian belum pernah mengalaminya.
.
.
.
Pendidikan seks itu apa sih?
Banyak orang bahwa kata "seks" ataupun"seksual" adalah tabu untuk diucapkan apalagi dibahas. Berikut artinya menurut KBBI: seksual/sek·su·al/ /séksual/ a 1 berkenaan dengan seks (jenis kelamin); 2 berkenaan dengan perkara persetubuhan antara laki-laki dan perempuan.
Padahal dalam ilmu biologi yang diajarkan pada anak Sekolah Dasar sudah mengajarkan tentang system reproduksi. Padahal banyak disuguhkan televisi, adegan-adegan sensual, kata-kata ambigu, cerita-cerita dewasa. Tapi kenapa, masih banyak orang yang risih dan tidak mau mengerti lebih jauh tentang pendidikan seks?
Sebenernya apasih tujuan pendidikan seks itu? Link berikut ini mungkin diberikan hanya pada mereka yang mengenyam pendidikan psikologi dan bukan untuk diajarkan pada anak-anak secara formal: http://www.psychologymania.com/2013/02/tujuan-pendidikan-seks.html
Opini pribadi saya, pendidikan seks yang saya maksud adalah pendidikan yang mencakup dasar-dasar seksualitas, tujuan dan fungsi seksual, akibat dari hubungan seksual, dan bagaimana peranan orang tua dalam implementasi pendidikan seks di dalam lingkup paling intim yaitu keluarga.
Pendidikan seks ini ditujukan agar anak-anak mengerti apa yang ada di dalam diri mereka; kapan mereka merasakan hormon pubertas dan apa yang harus dilakukan; kepada siapa mereka harus berkonsultasi jika terjadi sesuatu pada seksualitasnya; apa yang harus dilakukan orang tua untuk melindungi kehormatan putra-putrinya; apa yang harus dilakukan orang tua jika terjadi sesuatu pada seksualitas anak-anaknya; dan masih banyak hal-hal positif yang bisa didapat dari pendidikan seks.
Jika kalian para muslim masih ragu akan tidak dianjurkannya pendidikan seks pada anak-anak, berikut link yang dapat sedikit membuka pikiran, ringan dan mudah dicerna: http://www.psychologymania.com/2013/02/tujuan-pendidikan-seks.html
.
.
.
Lalu muncul beberapa pertanyaan, seberapa penting sih pendidikan seks untuk anak-anak di Indonesia? Trus, mulai dari umur berapa anak-anak bisa diajarkan tentang pendidikan seks?
Menurut saya yang sebagai orang awam yang tidak pandai psikologi, masa-masa awal atau sebelum akhil baligh lah yang paling tepat. Kelas 5 atau 6 SD, dirasa sudah cukup mengerti bila diajak berdiskusi dan terbuka dengan pengajar secara terarah. Mereka mulai mengerti benar mana yang boleh dan tidak bleh dilakukan. Lalu seberapa tinggi urgensi diperlukannya pendidikan seks di Indonesia? Dari skala 1 sampai 10, saya dengan yakin menjawab dengan skala 10. Sangat perlu.
Tidak khawatir kah, kalian para orang tua dengan anak-anak kalian setelah mendengar dan membaca banyak berita-berita tentang kejahatan seksual pada anak? Tidak takutkah kalian para kakak jika sesuatu terjadi pada adik-adik kalian?
Masih bingung apa yang harus para orang tua jawab ketika si anak mulai penasaran asal-usul bayi, apa yang dilakukan ketika pasangan bulan madu? Masih bingung ketika ditanya adik-adik kalian, kenapa sih kak dia bisa hamil?
Seberapa besar urgensi pendidikan seks di Indonesia? Saya kembalikan pertanyaan ini pada kalian.
.
.
.
Mind to share your ideas or stories? I'm open or discussion. Cheers!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar